Seperti apa kriteria calon imammu?
Sejak menginjak usia 20 tahunan tema obrolan sobat pasti ga jauh dari ngobrolin kehidupan rumah tangga kaan?? Hayyooo..ga usah malu buat ngaku.. wajar kok sob, karna ya emang udah fitrahnya kali yaa.. *__*
coba saya pengen tau sudahkah sobat menetapkan kriteria untuk calon partner hidup sobat? Kalo sudah keren..nah ternyata setelah saya ngobrol sana sini dg kawan saya baik yg sdh berumah tangga maupun yg belum..saya byk dapet pelajaran mengenai bagaimana menetapkan kriteria untuk calon pendamping hidup*ssstt..just for girls yyyaah ;)
Pertama, agamanya.
Wahh jelas kalo masalah agama ini gak bisa ditawar. Wajib hukumnya wanita memilih calon pendamping yg seakidah dan seiman. Nah selanjutnya yg mesti diperhatikan adalah setaat apa ia menjalankan agamanya atau kata lainnya keshalehannya. Yg perlu sobat tau, "Keshalehan" ini ternyata relatif.. ada sebagian yg menyatakan seseorang shaleh jika sholat wajibnya ga pernah bolong sekalipun suka mepet, ada yg bilang "shaleh" itu kalo sering dateng ke mesjid, hmm..sangat disayangkan memang kalo kita masih memandang "keshalehan" itu dari segi ibadah ritual2nya saja padahal selayaknya kita melihat "keshalehan" seseorang itu secara menyeluruh di setiap sisi kehidupannya. Misal jika ia rajin shalat 5 waktu ya ia mesti punya kesadaran untuk shalat di awal waktu, menghidupkan ibadah sunnah dll. Semua itu...baru sebatas ibadah ritual yg merupakan shaleh pribadi, tuntutan sebagai seorang muslim kita diajarkan pula untuk bukan hanya shaleh pribadi tapi shaleh sosial, artinya keshalehannya pun mampu mempengaruhi lingkungan sekitarnya..misal keluarga, tetangga dan warga sekitar tempat dimana ia tinggal. yaa intinya orang disekitar merasakan kemanfaatan, kebaikan dari diri muslim itu..kan ada hadits Nabi bahwa sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi orang banyak, tak salah Nabi ajarkan itu karna pada dasarnya islam ini berkembang dan sampai kepada kita adalah keshalehan sosial para Nabi, Rasul, Sahabat dan Salafushalih. Hmm rasanya susah yaa nemuin pemuda seperti itu di zaman sekarang?! Jangan pesimis sob.. masih banyak kok lelaki yg seperti itu..hanya saja ia menyembunyikannya.. marilah berusaha agar kita menjadi pantas untuk dipertemukan dg lelaki shaleh seperti yg kita harapkan
*kedua, kemapanannya
kemapanan, bukan berarti melulu soal harta atau materi...hal yg lebih penting yg harus kita lihat adalah kemapanan mental dan cara pandang. Bukan tidak mungkin rumah tangga kelak didera berbagai ujian, jadi mental atau cara pandang lelaki yg menahkodai bahtera rumah tangga ini perannya sangat menentukan. Kedewasaan dan cara pandang yang bijak dari seorang lelaki akan dituntut karna ia lah pemimpinnya, yg membimbing keluarganya. Kemana ia membawa keluarganya dikala ujian menimpa, apakah membawanya semakin dekat pada Allah atau menjauhi Allah.
Jadi inget twitnya ust. Felix Siauw:
"Tidak penting ia tau banyak, yang lebih penting itu ia mau belajar"
Tidak penting ia punya uang banyak, yang lebih penting itu ia tau bagaimana cara mendapat uang yang halal"
Ketiga, lingkungannya..
Lingkungan ini sangat erat hubungannya dengan "darimana ia?" "dimana ia?" "Dg siapa ia?"
Artinya kita mestilah cari tau asal-muasal keluarganya, bagaimana masyarakat sekitar memandang keluarganya, asal dikenal sebagai tetangga yg baik oleh keluarganya saja itu sudah cukup. Selain keluarga, lingkungan tempat dimana ia bekerja atau teman pergaulan juga merupakan salah satu referensi untuk mengenal seperti apa ia, kita bisa melihat karakteristik sahabat/kawannya insyaaAllah ini acuan benar karna ada pepatah mengatakan "jika kau ingin mengetahui seseorang, maka lihatlah teman-temannya".
3 poin mendasar itulah yg dapat saya simpulkan berdasar hasil sharing bersama kawan dan menyimak dari beberapa tausiyah ustadz.. untuk kriteria lain-lainnya boleh anda menambahkan sendiri.
Hmm..mungkin diantara kamu ada yang pernah denger "milih calon suami kok pilih-pilih..pasang kriteria segala"
Waahh.. betul kita memang harus pilih-pilih mencari pendamping hidup, apa sebab? Ingat, kita akan membersamai pasangan kita lebih lama dibanding kita membersamai orangtua kita, misal katakanlah jika punya umur sampai 65 tahun.. kita menikah di usia 25 tahun maka sisa hidupmu akan kau habiskan bersama pendamping hidupmu.. kita membersamai orang tua 25 tahun tapi dengan suami kelak akan lebih lama lagi dari itu.. maka habiskanlah sisa hidup ini dg kebaikan dg mengharap kita meninggal dalam keadaan husnul khatimah, maka salah satu yg bisa kita ikhtiarkan adalah pilihlah pendamping sekaligus imam yg mampu membimbingmu dalam ketaatan padaNya.
Ditulis oleh Mira
Rating Blog 5 dari 5