Full Life Education

Posted by Mira Minggu, 26 Februari 2017 0 komentar

#copas grup (bu lastri)

Pagi ini sy post ulang dari DR Malik Badri...
Tulisan yang cukup panjang namun asyik dibaca untuk pondasi pendidikan putra putri kita. Semoga bermanfaat

"Full Life Education"

DR Malik Badri, seorang psikolog Muslim asal Sudan, tahun 1980an dan tahun 2000an pernah ke Indonesia, beliau dikenal dengan bukunya yang berjudul Dilemma Psikolog Muslim, sudah diterjemahkan sejak lama di Indonesia.

Beliau mengatakan bahwa penjenjangan toddlers, kids, teenagers, adults dimana masing masing ada tahap awal tengah dan akhir, lalu ada pubertas dsbnya sesungguhnya tidak pernah bisa dibenarkan secara ilmiah. Itu hanya pengamatan masyarakat barat terhadap masyarakat mereka. Penjenjangan tidak ilmiah ini kemudian masuk ke dalam penjenjangan sistem persekolahan.

Sementara Islam hanya mengenal dua fase saja, yaitu fase sebelum aqilbaligh dan sesudah aqilbaligh. Baligh pada anak pria ditandai dengan mimpi basah (ihtilam), dan pada wanita ditandai dengan menstruasi (haidh).

Islam, bahkan dunia sampai abad 19 tidak mengenal fase remaja (adolescence). Fase ini diciptakan pada era industri sampai kini dengan berbagai kepentingan konglomerasi akan sebuah kelas konsumtif dan kepentingan negara sepihak untuk memanipulasi data demografis.

AqilBaligh dalam Islam tentu bukan sekedar pertanda fisik, namun juga pertanda berpindahnya fase anak sebelum wajib syariah dan fase sesudahnya yaitu pemuda, fase dimana jatuhnya kewajiban menjalankan syariah atau masa pembebanan syariah atau sinnu taklif.

Islam tidak mengenal aqil belum baligh atau baligh belum aqil (remaja).

Maka ketika seorang anak mencapai aqilbaligh maka dia tidak lagi disebut anak, tetapi seorang pemuda yang setara dengan kedua orangtuanya dalam kewajiban ibadah, jihad, zakat, nafkah dstnya.

Semua ulama fiqih sepakat, bahwa anak lelaki yang sudah mencapai AqilBaligh maka orangtua tidak wajib lagi menafkahinya. Jika ada anak lelaki kita yang aqilbaligh yang masih dinafkahi, maka sebenarnya bukan nafkah tetapi shodaqoh, karena statusnya faqir miskin.

Oleh karenanya sistem pendidikan Islam seharusnya menyiapkan anak lelaki agar mampu menjadi mukalaf atau orang yang mampu memikul syariah tepat ketika dia aqilbaligh.

Sayangnya sistem pendidikan kita umumnya abai terhadap konsep dan praktek AqilBaligh ini. Syariah yang diajarkan akan tdk banyak artinya jika anak tidak mencapai aqil ketika baligh, artinya mereka tidak mampu memikul beban syariah.

Ada kesenjangan yang lebar antara aqil dan baligh. Anak anak yang sudah dewasa secara biologis atau mampu bereproduksi (baligh), ternyata tidak lantas menjadi mampu dewasa secara psikologis, finansial, mandiri memikul syariah dan kewajiban sosial lainnya (aqil). Umumnya baligh terjadi di usia 12-14 tahun, tetapi Aqil baru dicapai di usia 22-24 tahun

Riset membuktikan bahwa dalam sistem persekolahan dan sosial modern, telah terjadi pembocahan yang panjang. Kenakalan, kegalauan, depresi, penyimpangan sosial dan perilaku sex dll diakibatkan karena kesenjangan antara masa tibanya baligh (dewasa biologis reproduktif) di usia 12-14 dengan tercapainya aqil (dewasa psikologis produktif) di usia 22-24 bahkan lebih.

Sampai disini maka bisa dipahami betapa pentingnya mendidik generasi aqilbaligh, generasi yang aqil dan baligh dicapai bersamaan.

Kapan dimulai pendidikan generasi aqilbaligh, tentu sejak usia dini, 0-6 tahun. Titik kritikal nya di usia 7 dan 10. Kritikalnya fase ada di pre AqilBaligh, usia 10-14. Catatan bahwa Usia 14 adalah rata2 usia seseorang mencapai baligh.

Usia 10 adalah titik kritis untuk "mengenal" Allah (fitrah keimanan) dan "mengenal diri" (fitrah bakat) secara mendalam.  Usia 11-14 anak anak pre aqilbaligh akan menjalani masa yg paling berat sepanjang masa anak2nya krn inilah persiapan aqil baligh.

Bagaimana pada fase pre aqilbaligh, fitrah keimanannya berwujud menjadi akhlak yg mulia yang dibutuhkan sbg kredibilitas attitude dan sosialnya pada fase aqilbaligh. Bagaimana pada fase pre aqilbaligh, fitrah bakat dan fitrah belajar berwujud menjadi peran dan karya produktif yang dibutuhkan sbg kredibiltas kompetensinya dan kredibilitas peran profesinya pada fase aqilbaligh.

Pada prinsipnya, mendidik anak lelaki dan anak wanita sama yaitu merawat dan menumbuhkan fitrah baik fitrah keimanan (aqidah), fitrah belajar dan nalar, fitrah bakat dan peran sesuai tahapan usianya.

Hanya yang membedakan adalah fitrah peran kelelakian dan peran keayahan yang harus dibangkitkan pada anak lelaki. Diantara kewajiban anak lelaki ketika mencapai aqilbaligh adalah menjadi Qowam, pencari nafkah dan pemimpin rumah tangga, perancang visi rumahtangga dstnya.

Karenanya leadershipnya bisa dimulai sejak usia dini dengan yang paling sederhana, misalnya memelihara hewan dan tumbuhan. Rasulullah saw menggembala kambing ketika usia dini (0-6) di Bani Sadiah. Setelah itu usia 7-10 mulai libatkan dalam project2 sederhana di rumah. Usia 11-14 mulai antarkan ke Maestro atau pakar/maestro yang sesuai bakatnya untuk magang. Rasulullah saw mulai magang bersama pamannya di usia 11-12 tahun.

Di usia ini, menitipkan anak pd keluarga sholehah (homestay) atau Murobby (pendamping akhlak juga penting utk menularkan keteladanan dan keshalihan.

#################
Dalam konteks pendidikan di lembaga yg kita kelola tentulah kita harus dan sudah memikirkan tahapan perkembangan ini yang memiliki sasaran membangun generasi aqil baligh. Maka jika kita rangkai perjalanan anak yang akan bersekolah dari TK-SMA adalah sebagai berikut :

1. TK-SD kelas 3 : adalah fase emas menumbuhkan pondasi keimanan dan semangat belajar mencari tahu lewat guru dan alam semesta, maka adalah mutlak bagi guru TK dan SD kelas 1-3 merancang setiap pembelajaran yang dekat dengan alam semesta, menghadirkan materi yang riil daripada sekedar ucapan lisan yang abstark.

2. SD kelas 4-6 : para guru dan ortu Mulai diberikan proyek-proyek sederhana baik di sekolah dan di rumah, pada tahap ini sebetulnya bakat anak harus di gali, setiap anak punya potensinya masing masing, disinilah try and eror bakatnya di asah.

3. SMP : disinilah titik kritis anak dalam menyiapkan proses aqil balighnya, lingkungan yang membangun keterbukaan anak sangat dibutuhkan, karena mereka harus tahu bagaimana saat balighnya tiba. 
Proses merawat keimanannya berbuah pada akhlak yang baik, bukan sebaliknya meluruskan akhlak membangun imannya. Berikan kepada setiap anak ruang untuk melatih produktivitas dan kreativitas dari dari bakat alaminya. Mungkin kita tak habis pikir saat ada anak yang menaruh tetesan kimia berbahaya di lidahnya, itulah fitrah manusia yang senang belajar (mencari tahu) dan berani mengasah bakatnya. Jika ruang ruang bakatnya tersalurkan fokus anak akan kenakalan semoga bisa berkurang.

4. SMA : inilah tahap para guru berhadapan dengan manusia dewasa seutuhnya bukan manusia setengah dewasa. Maka berinterksilah kepada mereka layaknya seorang partner, bukan dengan pendekatan bocah, itulah kenapa Rasulullah tidak pernah menyebut murid kepada kaum muslimin yang mengikutinya, tetapi Rasul menyebutnya sebagai Shahabat.

Inilah fase dimana mereka harus memahami kehidupan nyata, bukan sekedar kehidupan abstrak dari cerita guru dalam pembelajarannya. Latihlah mereka u dapat menjadi problem solver dilingkungannya, bahkan menyiapkan mereka u siap memiliki kemampuan finansial menghidupi dirinya sendiri, kelak setelah mereka lulus mereka tak lagi merengek rengek u meminta uang jajan dan menjadi tergantung secara ekonomi pada ortunya.

Persiapkan anak laki laki menjadi suami dan ayah yang bertanggungjawab, mereka adalah qowam dalam keluarganya. Yang perempuan dilatih menjadi istri dan ibu yang cerdas, karena mereka adalah madrasah pertama bagi bangsa.

Maka ini bukan sekedar sistem fullday and Boarding school, tapi ini adalah FULL LIFE EDUCATION, pendidikan harus menyentuh ruang ruang kehidupan mereka, menembus ruang privasinya, dan menggugah alam pikirannya.

Tentu ini bukan pekerjaan ringan, dibutuhkan kerja keras dan keikhlasan dari kita, karena tugas kita bukan sekedar menjalani profesi seorang guru, tapi jauh dari itu kita adalah sutradara dan aktor peradaban.

“Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun "


Read More >>

Dicari, Lelaki ”Luqmanul Hakim"

Posted by Mira Senin, 20 Februari 2017 0 komentar

🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻

*Dicari, Lelaki ”Luqmanul Hakim”*

Oleh : *Ustadz ADRIANO RUSFI, Psi.*

_"DUHAI Ananda, usah kau sekutukan Allah. Sungguh menyekutukan Allah itu aniaya yang besar"_

👩‍👦‍👦TERBAYANG kalimat itu mengalir dari bibir lembut seorang ibu, mengajarkan tauhid pada Sang Buah Hati sambil mengusap rambutnya dengan penuh cinta. Terbayang raut wajah teduh keibuan, berbekal sayang bercampur cemas menasihati anaknya yang manja dipangkuan, agar terhindar dari murka Allah.

👳🏽Tapi tidak. Itu ternyata bukan petuah bunda. Itu ternyata adalah *nasihat seorang ayah yang sedang menjalani tanggung jawab kelelakiannya sebagai Muslim untuk mendidik anaknya.* Petuah itu mengalun dari hati seorang lelaki sejati bernama *Luqmanul Hakim*, yang sadar penuh akan titah syariah bahwa kelelakiannya bukan hanya untuk membuahi dan mencari nafkah, tapi juga sebagai pendidik.

⁉Lalu, ke mana Luqman-Luqman itu kini? Ke mana kaum lelaki dan sang Ayah ketika narkoba mengepung anak-anaknya, ketika putranya tertangkap dalam huru-hara tawuran, atau ketika putrinya positif hamil di luar nikah? Yang tampak hanyalah para ibu yang tergopoh tunggang-langgang mengemasi beribu masalah dengan kedua tangan halusnya, sementara suaminya duduk manis di beranda menikmati layanan sehabis pulang kerja. Ketika itu para ibu memang memilih untuk tergopoh, tinimbang memikul rasa pilu dihardik suami dituduh tak becus mendidik anak.

🙍🏻Tergopoh mungkin menjadi takdir seorang istri masa kini, ketika Luqman-Luqman hilang entah ke mana. Yang tersisa tinggallah para suami yang telah mendegradasi perannya sebatas pencari nafkah keluarga belaka, sedangkan peran lainnya telah didelegasikan kepada sang istri. Seakan hak seorang lelaki tersaji dari langit begitu besarnya, bahkan hak untuk mendelagasikan tanggung jawab domestik apa pun. Karena sepertinya kiprah di dunia publik terasa lebih seksi dan bergengsi.

🏦Ruang publik memang seksi. Terasa lebih lapang dan warna-warni bagi para lelaki yang memang tercipta dengan kaki panjang-panjang. Dan menjadi pencari nafkah lebih menjanjikan martabat, karena segepok uang di saku bisa membeli kepatuhan dan memaksakan ketergantungan orang-orang di rumah. Daya pikat dunia luar rumah itu menggoda, bahkan bagi kaum ibu. Karena, bisa menjadi alasan jitu untuk keluar dari kepengapan domestik yang seringkali berakhir tragis, sambil sesekali berjalan di mal-mal membeli harga diri dari uang yang dicari sendiri.

🏡Maka, tersisalah rumah-rumah sunyi dihuni para istri yang ibu rumah tangga, berteman keluh kesah yang terpaksa didengarnya sendiri. Ia mengeluh tentang anak yang keras kepala, atau pornografi yang bersembunyi di kamar tidur, atau tetangga yang gemar bergunjing, atau tentang uang belanja yang makin susut oleh inflasi. Lalu, sang suami membalasnya tak berdaya, "Gajiku hanya segitu". Ia memang hanya bisa mengeluh, karena ia tak lagi punya suami yang piawai berdiskusi tentang anak yang masih mengompol atau tentang kenapa harga bawang melambung.

❓Entah siapa yang mulanya bersalah, sehingga lelaki tak lagi menjadi Luqmanul Hakim yang cakap memimpin, mencari nafkah, menjadi suami dan menjadi ayah. Mungkin saja itu bermula ketika lelaki memutuskan untuk mendegradasikan peran tradisionalnya. Atau barangkali ketika majelis ta'lim tak menawarkan kajian kerumahtanggaan kepada kaum ayah. Sementara, buku dan seminar tentang keluarga tak menganggap laki-laki adalah pasarnya.

❓Siapakah yang bersalah ketika seorang suami tak lagi peka membaca kerling kehendak sang istri yang disiratkan dalam kata bersayap khas perempuan? Majelis Taklim angkat bahu, karena ajakannya untuk mengaji kepada para lelaki selalu ditampik atas dalih waktu yang tersita di perburuan nafkah. Lalu siapakah yang bertanggung jawab kala ayah tak lagi bisa menemani keluh anaknya yang ditikam rasa jatuh cinta dengan teman sekelas? Pengelola seminar dan penerbit buku pun geleng kepala, karena yang selama mereka tahu itu memang urusannya para ibu.

✊🏻Hanya zaman yang tahu seberapa digdayakah seorang perempuan untuk mengemasi seluruh masalah rumah tangga dengan satu tangan, karena tangan yang satu lagi disibukkan oleh pengabdiannya bagi suami tercinta. Beban berat itu hanya dapat mereka adukan kepada Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, karena mereka tak dapat mengadu kepada suami yang telah berubah menjadi tuhan-tuhan kecil, tapi tanpa kasih sayang. Pernah mereka mengadukan hasrat untuk bersekolah lagi, tapi tuhan-tuhan kecil itu melarangnya tanpa sedikitpun empati, beralasan bahwa ibadah perempuan ada di dapur. Pernah mereka merayu untuk turut membantu mencari nafkah, namun lagi lagi tuhan-tuhan kecil itu menampiknya, mengutip firman Tuhan Yang Maha Besar bahwa perempuan harus tinggal di rumah.

Tuhan-tuhan kecil itu merasa telah mendapat mandat dari Tuhan Yang Maha Besar, Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, untuk menjadi wakilNya di rumah tangga. Ya, mandat ketuhanan, namun tanpa sifat kasih dan sayang yang justru menjadi akhlaq utama Allah Subhanahu wa Ta'ala. Lalu, jadilah mereka diktator kecil yang memegang firman Tuhan di tangan kanannya, dan tangan kirinya menuding-nuding seisi rumah. Tuhan-tuhan kecil tanpa kasih-sayang ini kemudian membungkam suara-suara kebumian yang merengek dari dalam kamar, menyumpalnya dengan suara-suara langit. Tuhan-tuhan kecil ini minta ditaati secara absolut, berbekal kemampuannya memelintir dan memanipulasi firman Allah yang memang absolut itu.

Tinggallah para orang rumah yang tertindih dan tak dapat mengadu kepada siapa pun kecuali Allah. Tragis, karena mereka justru dituduh oleh orang yang Allah ciptakan sebagai teman mengadu. Dan adalah masuk akal jika tragedi yang lahir dari paradoks pada akhirnya akan berbuah keputusasaan. Dan keputusasaan yang tragis akan melahirkan tragedi-tragedi berkelanjutan. Keputusasaan yang hampa itulah yang akhirnya menakdirkan istri-istri yang bunuh diri, ibu-ibu yang membakar anaknya, atau perempuan-perempuan yang berjualan narkoba.

Tapi itu tak sepenuhnya kesalahan para lelaki. Kita, lingkungan, dan budaya patriarki kita yang feodal tak dapat cuci tangan sepenuhnya, karena kitalah yang telah mendegradasikan peran lelaki hanya sebatas pencari nafkah. Lingkunganlah yang menciptakan para suami yang rasional, namun sekaligus miskin emosional dan kepekaan batin. Budayalah yang melahirkan ayah-ayah yang besar kepala, namun kecil hati. Allah, rasulNya dan agama sama sekali tak dapat dipersalahkan dan turut bertanggung jawab. Karena titah agama teramat jelas, bahwa lelaki adalah pemimpin, suami, ayah, dan teman dalam rumah tangganya. Sedangkan mencari nafkah hanyalah alat bantu untuk menjalankan segala peran dan tanggung jawab itu.

🏡Dunia domestik memang tak mudah. Dan itulah yang membuat para suami, istri, dan anak-anak berlomba dan berpacu untuk meninggalkannya, masuk ke dunia publik yang lebih menggairahkan dan penuh penghargaan. Dunia domestik adalah dunia tanpa pujian, publikasi dan penghargaan, sehingga hanya manusia-manusia tulus yang mengidamkan ridhaNyalah yang akan sanggup bertahan di dalamnya. Dunia domestik itu rutin, monoton dan tanpa imbalan, yang modal dasarnya adalah keikhlasan. Sementara, dunia telah menyebabkan para lelaki menjadi terlalu maskulin, profesional, pragmatis, dan publikatif.

📝Padahal, nun di Madinah sana lima belas abad silam, ketika Allah menurunkan ayat-ayat khusus untuk perempuan, ketika turun ayat ayat tentang rumah tangga dan pendidikan anak, Rasulullah Saw justru mengumpulkan para lelaki di masjidnya. Beliau sampaikan isinya dan beliau jelaskan maksudnya.. Lalu pada akhirnya beiau bersabda, _*"Pulanglah kalian, dan sampaikanlah kepada istri-istri dan anak-anak perempuan kalian".*_ Beliau, Shalallahu 'alaihi wassalam, adalah suami yang menumbuk tepung, mencuci pakaian, dan tahu cara menyenangkan istri-istrinya.

*Adalah kita yang harus memulai perubahan dan melahirkan kembali Luqmanul Hakim-Luqmanul Hakim yang baru.* Khotbah-khotbah Jumat perlu membahas tentang menjadi suami. Kantor-kantor tempat lelaki mencari nafkah perlu mengadakan kajian kerumahtanggaan. Masjid-masjid pasar tempat sang ayah berdagang perlu berceramah tentang pendidikan anak. Seminar-seminar komersial dan para penerbit buku perlu peduli dengan tema lelaki dan rumah tangga.

👳🏽Penulis adalah psikolog, konsultan pendidikan, Dewan Pakar Masjid Salman ITB, dan konsultan SDM

🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻


Read More >>

BOLEHKAH TIDUR LAGI SEHABIS SHALAT SHUBUH?

Posted by Mira Rabu, 15 Februari 2017 0 komentar

☘ *TIDUR LAGI SEHABIS SHALAT SHUBUH*🌿

🔹Apakah yang dimaksud dengan *HAILULAH, QAILULAH & 'AILULAH*?

*💠 HAILULAH* adalah :
tidur sehabis melaksanakan sholat subuh, dinamakan demikian karena tidur tersebut dapat menghalangimu dari rejeki yang ALLAH SWT tebar pada waktu pagi hari.

*💠 QAILULAH* adalah :
tidur SEBELUM melakukan sholat dhuhur sekitar 25 - 30 menit sebelum dikumandangkannya adzan dhuhur, tidur jenis ini sangat bemanfaat dan sangat dianjurkan oleh Nabi Saw.

Menjelaskan ketika musim panas rasulullah tidur sebelum Dzuhur dan ketika musim dingin beliau Nabi Muhammad tidur setelah dzhuhur

*💠 'AILULAH* adalah :
tidur sehabis melakukan sholat ashar, tidur jenis satu ini dapat menyebabkan berbagai penyakit, diantaranya adalah : sesak napas dan murung dan gelisah.

*Sebarkanlah,,,*
Karena jarang diantara kita yang faham apa itu *QAILULAH, HAILULAH & 'AILULAH*
sehingga bermanfaat bagi semua dan terhindar segala  macam penyakit, hissiyyah ataupun ma'nawiyyah.
aamiin yra
Wallahu`alam

🔷 *Subhanallah*🔹
Semoga kita dapat mengambil pengetahuan bermanfaat yang bernilai ibadah lewat tulisan ini dan mengamalkan dalam kehidupan sehari - hari"

آمِيْنُ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْن


Read More >>

"Kenapa Rumah Sakit di Makkah Sepi

Posted by Mira 0 komentar

#copas dari grup

"Kenapa Rumah Sakit di Makkah Sepi"

Di Makkah Rumah Sakit pada sepi, beda dengan di Indonesia, Memang beda dan tidak sama, yang membedakan adalah Aqidah dan Syariatnya.

Inilah rahasia mengapa di Mekkah rumah sakit sangat sepi, jarang sekali pasien yang datang
Ada seorang dokter membuka klinik di Tanah Suci (Makkah Mukarramah). Selama 6 bulan berpraktek, tidak ada seorang pasien pun yang datang untuk berobat. Hingga beliau merasa heran, apakah orang-orang di sini tidak pernah sakit?

Akhirnya beliau dapati jawabannya, dari salah seorang muslim di sana:

Bila kami sakit,

*Ikhtiar pertama*
Yang kami lakukan ialah Sholat dua rakaat, dan memohon kesehatan kpd Allah. Insyaa Allah sembuh dengan izin dan kasih sayangNya.
Kalau belum sembuh,

*Ikhtiar ke-dua*
Yaitu baca Al Fatihah / surat-surat lain, tiupkan pada air dan minum. Dengan amalan tambahan:
*Jika badan panas* maka kami banyakin baca Sholawat(karena Sholawat sebagai penyejuk)
*Jika Badan Dingin* maka kami banyakin baca Ayat Kursi.
*Jika sakit yang terlihat* maka kami bacakan Surat Al faatiha sambil mengusap usap di bagian yang sakit.
*Jika sakit tak terlihat* maka kami banyakin bacaan Surat Al ikhlas, Al Falaq dan An-Naas (sebagai penolak sihir).
Dan alhamdulillaah kami akan sehat. Inilah Ruqyah untuk diri sendiri.
Tapi kalau belum sehat juga,
Kami lakukan ikhtiar yg ke-tiga.

*Ikhtiar ke-tiga*
Yaitu bersedekah, dengan niat mendapatkan pahala kebaikan, dan dijadikan jalan penyembuh sakit kami. Insyaa Allah akan sembuh.
Kalau tidak sembuh juga, kami akan tempuh ikhtiar yg ke-empat.

*Ikhtiar ke-empat*
Yaitu banyak-banyak istighfar, untuk bertaubat. Sebab, Nabi Sholallahu 'alaihi wasallam beritahu kami, bahwa sakit adalah salah satu sebab diampuninya dosa-dosa.
Kalau belum sembuh juga, baru kami lakukan ikhtiar yg ke-lima.

*Ikhtiar ke-lima*
Yaitu minum madu dan habbatussauda

*Ikhtiar yang ke-enam*
Yaitu dengan mengambil makanan herbal, seperti bawang putih, buah tin, zaitun, kurma, dan lain-lain, seperti disebut dalam Al-Quran.
Dan, Alhamdulillah. Laa hawlaa wa laa quwwataa illaa billaah.

Jika belum sembuh, baru kami

*Ikhtiar ke-tujuh*
Yaitu pergi ke dokter yang sholeh./sholehah
Insyaa Allah akan diberi kesembuhan dari Allah.

Semoga bermanfaat. Silahkan di share." - Kenapa Rumah Sakit di Makkah Sepi (Tidak seperti di Indonesia)


Read More >>

Rekayasa, lain dulu lain sekarang

Posted by Mira 0 komentar

Oleh : KH Hafidz Abdurrahman

Berita hari ini bikin miris. Ulama dituduh seleweng itu delik serius!!! Mubahalah oleh Habib Rizieq Syihab dicetuskan demi membela kehormatan. Siapa lagi yang membela selain dirinya sendiri? Karena keadilan tidak ditegakkan maka ia cari jalannya sendiri.

Bukan tidak ada kejadian luar biasa di zaman Khalifah Umar. Tuduh menuduh, dengan satu modus tertentu, pernah ditemukan.

Seorang wanita datang kepada Umar, dia berteriak: "Aku diperkosa lelaki itu! Nama baikku tercemar di keluargaku. Lihatlah! Ini spermanya!".

Wow bawa alat bukti nih ceritanya. Maka khalifah menyuruh dari kalangan wanita untuk memeriksa alat bukti itu. Benar, ada tanda-tanda mirip sperma di tangan dan pakaiannya. Serupa lendir lunak, yahh seperti itu.

Hampir-hampir hukuman itu langsung dijatuhkan, namun pembelaan dilayangkan oleh pemuda itu : "Wahai Amirul Mukminin, percayalah kepadaku. Demi Allah, aku tidak merasa berbuat mesum dengan wanita itu. Bahkan aku sama sekali tidak punya gairah terhadap wanita. Dialah yang selalu merayuku tetapi aku selalu menjaga diri".

Menimbang pembelaan itu, Umat menoleh kepada Ali: "Hai Abul Hasan, bagaimana menurutmu?". Ali lalu memeriksa dengan teliti bekas sperma yang ada pada pakaian tersebut. Kemudian meminta air mendidih dan menyiramkan pada bekas tetesan. Tak tanggung, ia bahkan mencium dan mencicipnya (ehhh!! Loh!!!).

Taraaaa! Bukan sperma bukan sihir, itu lendir putih telur sodara-sodara. Naik pitamlah sang khalifah kepada wanita itu, "Katakan sebenarnya!".

Maka wanita itu mengakui perbuatan dan tipuannya. Dia tergila-gila pada lelaki itu namun tak jua berbalas, dan berpikir untuk menjerumuskannya.

Coba kita renungkan! Dulu teknologi tidak banyak dan tidak hebat, namun keadilan bisa ditegakkan.

Hari ini hidup kita tidak berkah, keadilan menjadi perkara susah.  Menuduh yang bukan-bukan soal penegakan syariah.

Kenapa tidak mau diatur hukum Allah, padahal ia mencegah hidup kita tidak hancur berantakan. Wallahu'alam.

(Sumber: "The Great of Two Umar's, halaman 102)

#StopKriminalisasiUlama
#StopKriminalisasiOrmasIslam


Read More >>

*ANAK dan RIDHO ORANGTUA*

Posted by Mira 0 komentar

Penulis : Septi Peni Wulandari
Semoga bermanfaat.. 😊

Saat ngopi bareng mas Dodik Mariyanto di teras belakang rumah, iseng-iseng saya buka obrolan dengan satu kalimat tanya

"Mengapa anak baik biasanya semakin baik, dan anak nakal biasanya semakin nakal ya mas?"

Mas Dodik Mariyanto mengambil kertas dan spidol, kemudian membuat beberapa lingkaran-lingkaran.

"Wah suka banget, bakalan jadi obrolan berbobot nih", pikir saya ketika melihat kertas dan spidol di tangan mas Dodik.

Mas Dodik mulai menuliskan satu hadist:

رِضَى الرَّبِّ فِي رِضَى الوَالِدِ، وَسَخَطُ الرَّبِّ فِي سَخَطِ الْوَالِدِ
“Ridha Allah tergantung pada ridha orang tua dan murka Allah tergantung pada murka orang tua”

Artinya setiap anak yang baik, pasti membuat ridho orangtuanya, hal ini akan membuat Allah Ridho juga.

Tapi setiap anak nakal, pasti membuat orangtuanya murka, dan itu akan membuat Allah murka juga.

"Kamu pikirkan implikasi berikutnya dan cari literatur yang ada untuk membuat sebuah pola", tantang mas Dodik ke saya.

Waaa pak Dosen mulai menantang anak baik ya, suka saya.

Setelah membolak balik berbagai literatur yang ada, akhirnya saya  menemukan satu tulisan menarik yang ditulis oleh kakak kelas mas Dodik, yaitu mas Dr. Agus Purwanto DSc
. disana beliau menuliskan bahwa anak nakal  dan anak baik itu bergantung pada ridho dan murka orangtuanya.

Akhirnya kami berdua mengolahnya kembali, membuatnya menjadi siklus anak baik (lihat gambar siklus 1) dan siklus anak nakal ( lihat siklus 2)

Siklus Anak Baik ( siklus 1)

Anak Baik -> orangtua Ridho -> Allah Ridho -> keluarga berkah -> bahagia -> anak makin baik

Siklus Anak nakal ( siklus 2)

Anak Nakal -> orangtua murka -> Allah Murka -> keluarga tidak berkah -> tidak bahagia -> anak makin nakal

Kalau tidak ada yang memutus siklus tersebut, maka akan terjadi pola anak baik akan semakin baik, anak nakal akan semakin nakal.

*Bagaimana cara memutus siklus Anak Nakal ?* ternyata kuncinya bukan pada anak melainkan pada ORANGTUANYA.

Anak Nakal -> ORANGTUA RIDHO ->Allah Ridho -> keluarga berkah -> bahagia -> anak jadi baik.

Berat? iya, maka nilai kemuliaannya sangat tinggi. *Bagaimana caranya kita sebagai orangtua/guru bisa ridho ketika anak kita nakal?*

ini kuncinya

َإِنْ تَعْفُوا وَتَصْفَحُوا وَتَغْفِرُوا فَإِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ“
Bila kalian memaafkannya...menyantuninya dan ampuni mereka...maka ketahuilah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS 64:14).

*Caranya* orangtua ridho adalah menerima anak tersebut, memaafkan dan mengajaknya dialog, rangkul dengan sepenuh hati, terakhir lupakan kesalahannya.

Kemudian sebagai pengingat selanjutnya, kami menguncinya dengan pesan dari Umar bin Khattab

Jika kalian melihat anakmu/anak didik mu berbuat baik, maka puji dan catatlah, apabila anakmu/anak didikmu berbuat buruk, tegur dan jangan pernah engkau mencatatnya
- *Umar Bin Khattab*

Smg bermanfaat..
Baarakallahufiikum


Read More >>

Mengasah AQ Adversity Quotient ( Kecerdasan Menghadapi Hambatan )

Posted by Mira 0 komentar

Setelah IQ, EQ, SQ, sekarang muncul AQ...

SUATU SAAT KITA AKAN MENINGGALKAN MEREKA JANGAN MAINKAN SEMUA PERAN

By : Elly Risman
(Senior Psikolog dan Konsultan, UI)

Kita tidak pernah tahu, anak kita akan terlempar ke bagian bumi yang mana nanti, maka izinkanlah dia belajar menyelesaikan masalahnya sendiri .

Jangan memainkan semua peran,
ya jadi ibu,
ya jadi koki,
ya jadi tukang cuci.

ya jadi ayah,
ya jadi supir,
ya jadi tukang ledeng,

Anda bukan anggota tim SAR!
Anak anda tidak dalam keadaan bahaya.
Tidak ada sinyal S.O.S!
Jangan selalu memaksa untuk membantu dan memperbaiki semuanya.

#Anak mengeluh karena mainan puzzlenya tidak bisa nyambung menjadi satu, "Sini...Ayah bantu!".

#Tutup botol minum sedikit susah dibuka, "Sini...Mama saja".

#Tali sepatu sulit diikat, "Sini...Ayah ikatkan".

#Kecipratan sedikit minyak
"Sudah sini, Mama aja yang masak".

Kapan anaknya bisa?

Kalau bala bantuan muncul tanpa adanya bencana,
Apa yang terjadi ketika bencana benar2 datang?

Berikan anak2 kesempatan untuk menemukan solusi mereka sendiri.

Kemampuan menangani stress,
Menyelesaikan masalah,
dan mencari solusi,
merupakan keterampilan/skill yang wajib dimiliki.

Dan skill ini harus dilatih untuk bisa terampil,
Skill ini tidak akan muncul begitu saja hanya dengan simsalabim!

Kemampuan menyelesaikan masalah dan bertahan dalam kesulitan tanpa menyerah bisa berdampak sampai puluhan tahun ke depan.

Bukan saja bisa membuat seseorang lulus sekolah tinggi,
tapi juga lulus melewati ujian badai pernikahan dan kehidupannya kelak.

Tampaknya sepele sekarang...
Secara apalah salahnya kita bantu anak?

Tapi jika anda segera bergegas menyelamatkannya dari segala kesulitan, dia akan menjadi ringkih dan mudah layu.

Sakit sedikit, mengeluh.
Berantem sedikit, minta cerai.
Masalah sedikit, jadi gila.
,
Jika anda menghabiskan banyak waktu, perhatian, dan uang untuk IQ nya, maka habiskan pula hal yang sama untuk AQ nya.

AQ?
Apa itu?
ADVERSITY QUOTIENT

Menurut Paul G. Stoltz,
AQ adalah kecerdasan menghadapi kesulitan atau hambatan dan kemampuan bertahan dalam berbagai kesulitan hidup dan tantangan yang dialami.

Bukankah kecerdasan ini lebih penting daripada IQ, untuk menghadapi masalah sehari-hari?

Perasaan mampu melewati ujian itu luar biasa nikmatnya.
Bisa menyelesaikan masalah, mulai dari hal yang sederhana sampai yang sulit, membuat diri semakin percaya bahwa meminta tolong hanya dilakukan ketika kita benar2 tidak sanggup lagi.

So, izinkanlah anak anda melewati kesulitan hidup...

Tidak masalah anak mengalami sedikit luka,
sedikit menangis,
sedikit kecewa,
sedikit telat,
dan sedikit kehujanan.

Tahan lidah, tangan dan hati dari memberikan bantuan.
Ajari mereka menangani frustrasi.

Kalau anda selalu jadi ibu peri atau guardian angel,
Apa yang terjadi jika anda tidak bernafas lagi esok hari?

Bisa2 anak anda ikut mati.

Sulit memang untuk tidak mengintervensi,
Ketika melihat anak sendiri susah, sakit dan sedih.

Apalagi menjadi orangtua, insting pertama adalah melindungi,
Jadi melatih AQ ini adalah ujian kita sendiri juga sebagai orangtua.

Tapi sadarilah,
hidup tidaklah mudah,
masalah akan selalu ada.
Dan mereka harus bisa bertahan.
Melewati hujan, badai, dan kesulitan,
yang kadang tidak bisa dihindari.

*Selamat berjuang untuk mencetak pribadi yg kokoh dan mandiri.....*


Read More >>

Rizqi Kita, Soal Rasa

Posted by Mira Jumat, 10 Februari 2017 0 komentar

oleh :
Ustadz Salim A. Fillah

Aku tahu, rizqiku takkan diambil orang, karenanya hatiku tenang..
Aku tahu, ‘amalku takkan dikerjakan orang, karenanya kusibuk berjuang..
-Hasan Al Bashri-

Pemberian uang yang sama-sama sepuluh juta, bisa jadi sangat berbeda rasa penerimaannya. Kadang ia ditentukan oleh bagaimana cara menghulurkannya.
Jika terada dalam amplop coklat yang rapi lagi wangi, dihulurkan dengan senyum yang harum dan sikap yang santun, betapa berbunga-bunga kita menyambutnya. Apatah lagi ditambah ucapan yang sopan dan lembut, “Maafkan sangat, hanya ini yang dapat kami sampaikan. Mohon diterima, dan semoga penuh manfaat di jalan kebaikan.”
Ah, pada yang begini, jangankan menerima, tak mengambilnya pun tetap nikmat rasanya. Semisal kita katakan, “Maafkan Tuan, moga berkenan memberikannya pada saudara saya yang lebih memerlukan.” Lalu kita tahu, ia sering berjawab, “Wah, jika demikian, kami akan siapkan yang lebih baik dan lebih berlimpah untuk Anda. Tapi mohon tunggu sejenak.”
Betapa berbeda rasa itu, dengan jumlah sepuluh juta yang berbentuk uang logam ratusan rupiah semuanya. Pula, ia dibungkus dengan karung sampah yang busuk baunya. Diberikan dengan cara dilempar ke muka, diiringi caci maki yang tak henti-henti. Betapa sakitnya. Betapa sedihnya. Sepuluh juta itu telah hilang rasa nikmatnya, sejak mula ia diterima.
Inilah di antara hakikat rizqi, bahwa ia bukan soal berapa. Sungguh ia adalah nikmat yang kita rasa. Sebab sesungguhnya, ia telah tertulis di langit, dan diterakan kembali oleh malaikat ketika ruh kita ditiupkan ke dalam janin di kandungan Ibunda. Telah tertulis, dan hendak diambil dari jalan manapun, hanya itulah yang menjadi jatah kita. Tetapi berbeda dalam soal rasa, karena berbeda cara menghulurkannya. Dan tak samanya cara memberikan, sering ditentukan bagaimana adab kita dalam menjemput dan menengadahkan tangan padaNya.

Rizqi memiliki tempat dan waktu bagi turunnya. Ia tak pernah terlambat, hanyasanya hadir di saat yang tepat.
“Janganlah kalian merasa bahwa rizqi kalian datangnya terlambat”, demikian sabda Rasulullah yang dibawakan oleh Imam ‘Abdur Razzaq, Ibnu Hibban, dan Al Hakim, “Karena sesungguhnya tidaklah seorang hamba meninggal, hingga telah datang kepadanya rizqi terakhir yang ditetapkan untuknya. Maka tempuhlah jalan yang baik dalam mencari rizqi, yaitu dengan yang halal dan meninggalkan yang haram.”

Jika jodoh adalah bagian dari rizqi, boleh jadi berlaku pula kaidah yang sama. Sosok itu telah tertulis namanya. Tiada tertukar, dan tiada salah tanggal. Tetapi rasa kebersamaan, akan ditentukan oleh bagaimana adab dalam mengambilnya. Bagi mereka yang menjaga kesucian, terkaruniakanlah lapis-lapis keberkahan. Bagi mereka yang mencemarinya dengan hal-hal mendekati zina, ada kenikmatan yang kan hilang meski pintu taubat masih dibuka lapang-lapang. Sebab amat berbeda, yang dihulurkan penuh keridhaan, dibanding yang dilemparkan penuh kemurkaan.

Rizqi adalah ketetapan. Cara menjemputnya adalah ujian. Ujian yang menentukan rasa kehidupan. Di lapis-lapis keberkahan dalam setetes rizqi, ada perbincangan soal rasa. Sebab ialah yang paling terindra dalam hayat kita di dunia.

***

Di antara makna rizqi adalah segala yang keluar masuk bagi diri dengan anugrah manfaat sejati. Nikmat adalah rasa yang terindra dari sifat maslahatnya. Kasur yang empuk dapat dibeli, tapi tidur yang nyenyak adalah rizqi. Ia dapat saja terkarunia di alas koran yang lusuh, dan bukan di ranjang kencana yang teduh. Hidangan yang mahal dapat dipesan, tetapi lezatnya makan adalah rizqi. Ia dapat saja terkarunia di wadah daun pisang bersahaja, bukan di piring emas dan gelas berhias permata.
Atau bahkan, ada yang memandang seseorang tampak kaya raya, tapi sebenarnya Allah telah mulai membatasi rizqinya.
Ada yang bergaji 100 juta rupiah setiap bulannya, tapi tentu rizqinya tak sebanyak itu. Sebab ketika hendak meminum yang segar manis dan mengudap yang kue yang legit, segera dikatakan padanya, “Awas Pak, kadar gulanya!” Ketika hendak menikmati hidangan gurih dengan santan mlekoh dan dedagingan yang lembut, cepat-cepat diingatkan akannya, “Awas Pak, kolesterolnya!” Hatta ketika sup terasa hambar dan garam terlihat begitu menggoda, bergegaslah ada yang menegurnya, “Awas Pak, tekanan darahnya!”
Rasa nikmat itu telah dikurangi.
Lagi-lagi, ini soal rasa. Dan uang yang dia himpunkan dari kerja kerasnya, amat banyak angka nol di belakang bilangan utama, disimpan rapi di Bank yang sangat menjaga rahasia, jika dia mati esok pagi, jadi rizqi siapakah kiranya? Apa yang kita dapat dari kerja tangan kita sendiri dan kita genggam erat hari ini, amat mungkin bukan hak kita. Seperti hartawan yang mati meninggalkan simpanan bertimbun. Mungkin itu mengalir ke ahli warisnya, atau bahkan musuhnya. Allah tak kekurangan cara untuk mengantar apa yang telah ditetapkanNya pada siapa yang dikehendakiNya.

Rizqi sama sekali bukan yang tertulis sebagai angka gaji.

Seorang pemilik jejaring rumah makan dari sebuah kota besar Pulau Jawa, demikian cerita shahibul hikayat yang kami percaya, dengan penghasilan yang besarnya mencengangkan, punya kebiasaan yang sungguh lebih membuat terkesima. Sepanjang hidupnya, tak pernah dia bisa berbaring di kasur, apalagi ranjang berpegas. Dia hanya bisa beristirahat jika menggelar tikar di atas lantai dingin, tepat di depan pintu.
Rizqi sama sekali bukan soal apa yang sanggup dibeli.

Ada lagi kisah tentang seorang pemilik saham terbesar sebuah maskapai penerbangan yang terhitung raksasa di dunia. Armada pesawat yang dijalankan perusahaannya lebih dari 100 jumlahnya. Tetapi dia menderita hyperphobia, yakni rasa takut terhadap ketinggian. Seumur hidupnya, yang bersangkutan tak pernah berani naik pesawat.

Rizqi sama sekali bukan soal apa yang dikuasai.

Sebaliknya pula, ada seorang lelaki bersahaja yang tidak mampu membeli mobil sepanjang hidupnya. Tapi sungguh Allah telah menetapkan bahwa rizqinya adalah naik mobil ke mana-mana. Maka para tetangga selalu berkata bergiliran padanya, “Mas, tolong hari ini pakai mobil saya untuk kegiatannya ya. Saya senang kalau Mas yang pakai. Sungguh karenanya terasa ada berkah buat kami sekeluarga.” Dan pemilik mobil pergi bekerja ke kantornya dengan mengayuh sepeda. Sebab itulah yang disarankan dokter padanya.

Rizqi sama sekali bukan soal apa yang dimiliki.

***

Dzat Yang Mencipta kita, sekaligus menjamin rizqi bagi penghidupan kita, adalah Pemilik, Pemelihara, dan Pengatur segala urusan kita. Dialah Allah Subhanahu wa Ta’ala, tiada sekutu bagiNya. Maka bagaimana kiranya, jika anugrah dariNya justru kita gunakan untuk mendurhakaiNya? Maka apa jadinya, jika dengan karuniaNya kita malah tenggelam dalam maksiat dan dosa?

“Sesungguhnya seseorang dihalangi dari rizqinya”, demikian Rasulullah bersabda sebagaimana dicatat oleh Imam Ahmad, “Disebabkan dosa yang dilakukannya.”
Ada beberapa keterangan ‘ulama tentang dosa menghalangi rizqi ini, yang selaiknya kita simak. Pertama, bahwa memang yang bersangkutan terhalang dari rizqinya, hingga ke bentuk zhahir rizqi itu. Ini sebagaimana firman Allah tentang dakwah Nuh pada kaumnya.

“Maka aku katakan kepada mereka, “Mohonlah ampunan kepada Rabb kalian. Sesungguhnya Dia Maha Pengampun. Niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepada kalian dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anak kalian, dan mengadakan untuk kalian kebun-kebun dan mengadakan di dalamnya sungai-sungai.” (QS Nuh [71]: 10-12)

“Maknanya”, demikian ditulis Imam Ibnu Katsir dalam Tafsirul Quranil ‘Azhim, “Jika kalian bertaubat kepada Allah, meminta ampun kepada-Nya dan kalian senantiasa mentaatiNya, niscaya Dia akan membanyakkan rizqi kalian dan menurunkan air hujan serta keberkahan dari langit.”
“Selain itu”, lanjut beliau, “Dia juga akan mengeluarkan untuk kalian berkah dari bumi, menumbuhkan tumbuh-tumbuhan untuk kalian, melimpahkan air susu perahan untuk kalian, membanyakkan harta dan anak-anak kalian, menjadikan kebun-kebun yang di dalamnya terdapat bermacam-macam buah untuk kalian, serta mengalirkan sungai-sungai di antara kebun-kebun itu untuk kalian.”
Jika bertaubat menjadikan berlimpahnya bentuk rizqi, maka berdosa berarti membatalkan semua itu. Ini pemahaman pembalikannya.

Keterangan yang kedua, bahwasanya yang dihalangi dari si pendosa adalah rasa nikmat yang dikaruniakan Allah dari berbagai bentuk rizqi tersebut. Rizqi tetap hadir, tapi rasa nikmatnya dicabut. Rizqi tetap turun, tapi rasa lezatnya dihilangkan. “Maka”, demikian menurut Imam An Nawawi, “Karena dosa yang menodai hatinya, hamba tersebut kehilangan kepekaan untuk menikmati rizqinya dan mensyukuri nikmatnya. Dan ini adalah musibah yang sangat besar.”
Hujjah bahwa semua bentuk rizqi itu tetap turun, ada dalam berbagai hadits Rasulillah. Ada yang sudah kita sebut, demikian pula yang berikut ini:
“Sesungguhnya Jibril mengilhamkan ke dalam hatiku”, demikian sabda Rasulullah dalam riwayat Imam Ath Thabrani dan Al Baihaqi, “Bahwa tidak ada satu pun jiwa yang meninggal kecuali telah sempurna rezekinya. maka bertakwalah kepada Allah dan perbaguslah dalam mencari rezeki. Jangan sampai lambatnya rezeki menyeret kalian untuk mencarinya dengan bermaksiat kepada Allah, karena apa yang ada pada sisi Allah tidak akan bisa diperoleh dengan bermaksiat kepada-Nya.”
“Apa yang ada di sisi Allah”, demikian lanjut Imam An Nawawi, “Adalah ridhaNya yang menjadikan rizqi itu ternikmati di dunia, berkah senantiasa, dan menjadi pahala di akhirat. Maka memang ia tak dapat diraih dengan kemaksiatan dan dosa.”
“Adapun ayat dalam Surah Nuh”, terusnya, “Khithab da’wahnya ditujukan kepada orang kafir, yang meskipun mereka mengingkari Allah dan menyekutukanNya, tapi Allah tidak memutus rizqi mereka secara mutlak. Akan tetapi, jika mereka beristighfar dan bertaubat, sesungguhnya karunia yang lebih besar pastilah Allah limpahkan.”
Menghimpun kedua catatan ini, amat jadi renungan sebuah kisah tentang Imam Hasan Al Bashri. Pada suatu hari, seorang lelaki datang kepada beliau. “Sesungguhnya aku”, ujarnya pada Tabi’in agung dari Bashrah itu, “Melakukan banyak dosa. Tapi ternyata rizqiku tetap lancar-lancar saja. Bahkan lebih banyak dari sebelumnya.”
Sang Imam tersenyum prihatin. Beliau lalu bertanya, “Apakah semalam engkau qiyamullail wahai Saudara?”
“Tidak”, jawabnya heran.
“Sesungguhnya jika Allah langsung menghukum semua makhluq yang berdosa dengan memutus rizqinya”, jelas Hasan Al Bashri, “Niscaya semua manusia di bumi ini sudah habis binasa. Sungguh dunia ini tak berharga di sisi Allah walau sehelai sayap nyamukpun, maka Allah tetap memberikan rizqi bahkan pada orang-orang yang kufur kepadaNya.”
“Adapun kita orang mukmin”, demikian sambung beliau, “Hukuman atas dosa adalah terputusnya kemesraan dengan Allah, Subhanahu wa Ta’ala.”

***

Lagi-lagi terrenungi, bahwa di lapis-lapis keberkahan, ini soal rasa. Semoga Allah melimpahkan rizqiNya kepada kita, dan menjaga kita dari bermaksiat padaNya. Dengan begitu, sempurnalah datangnya nikmat itu dengan kemampuan kita menikmati rasa lezatnya, lembutnya, dan harumnya. Di lapis-lapis keberkahan, soal rasa adalah terjaganya kita dari dosa-dosa.

sepenuh cinta, dinukil dari:
Lapis-Lapis Keberkahan, Setitis Rizqi


Read More >>

Mana yang lebih baik?

Posted by Mira Selasa, 07 Februari 2017 0 komentar

_*Bismillah................,*_
Assalammualaikum.
*"Manakah Kelompok Islam yang lebih baik di antara ummat Islam ? Salafy, Jama'ah Tabligh, HTI, PKS?..."*
_Teman saya pernah ditanya oleh seorang aktivis MMI (Majelis Mujahidin Indonesia), Ustad Abdullah namanya._
*_"Manakah kelompok yang lebih baik diantara umat Islam, Salafy yang berjuang dengan fokus Tholabul Ilmi, atau Jamaah Tabligh yang menyeru orang untuk sholat di Masjid, atau Hizbut Tahrir yang memperjuangkan Kekhalifahan, atau PKS yang berjuang di Parlemen, atau NU yang Islam kultural, atau Muhammadyah yang berjuang di sektor pendidikan"? begitu tanyanya kepada kawan saya._*
*_Kawan saya menjawab, "mas, kalo sampeyan bertanya seperti itu pada saya, maka sama saja sampeyan menanyakan manakah yang lebih baik, apakah tangan lebih baik dari kaki, apakah mata lebih baik dari pada mulut, apakah telinga lebih baik dari pada hidung?"_*
*_Bukankah Rasulullah SAW mengatakan bahwa umat islam itu seperti satu tubuh. Bila satu anggota tubuh merasakan sakit maka yang lain juga ikut merasakan sakit._*
_Perumpamaan ini pas untuk menjawab pertanyaan sampeyan._
مَثَلُ الْمُؤْمِنِينَ فِي تَوَادِّهِمْ وَتَرَاحُمِهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ مَثَلُ الْجَسَدِ إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى
*_“Perumpamaan orang-orang mukmin dalam berkasih sayang bagaikan satu tubuh, apabila satu anggota badan merintih kesakitan maka sekujur badan akan merasakan panas dan demam”_*. _(HR. Muslim)_
*_Seperti anggota tubuh, umat islam ini diberi ilham oleh Allah SWT untuk cenderung fokus menjalankan fungsi yang berbeda beda sehingga mereka punya medan jihad (perjuangan) yang berbeda pula._*
*_Namun sayangnya sebagian umat Islam ini ada yang membanggakan kelompoknya masing-masing dan lupa bahwa sebenarnya mereka adalah satu tubuh._*
*_Logikanya kalo satu tubuh, mana mungkin tangan kanan itu memukul tangan kirinya, mana mungkin kaki kiri menendang kaki kanannya._*
*_Kalaupun ada anggota tubuh itu merugikan tubuh yang lain, yaa itu namanya Kanker yang harus diamputasi dibuang dari tubuh._*
*_Anggota tubuh itu selayaknya saling bekerja sama._*
*_Coba kalo mulut mau makan, kan tangan yang mengambil makanan._*
*_Lihat kalau antum mau ambil barang yang tinggi letaknya, kan kaki yang melompat supaya tangannya sampai._*
*_Bukankah indah kalo kita saling melengkapi, kalo saja Jamaah Tabligh yang mengetuk pintu orang-orang untuk sholat berjamaah di Masjid, lalu di Masjid ada kajian Salafy, lalu umat islam diajak membangun kekuatan baik dibidang pendidikan bersama Muhammadyah, bidang kultural bersama NU, bidang Politik bersama koalisi kompak partai-partai Islam menghasilkan undang-undang yang islami dan pemimpin yang amanah agar umat Islam dipercaya memimpin di negeri ini menyongsong Kekhalifahan yang pasti akan datangnya se: :/perti yg disosialisasikan Hizbut Tahrir._*
*_Umat islam ini seperti sebuah Puzzle yang kalo digabungkan bagian demi bagiannya maka barulah menjadi satu gambaran yang utuh dan saling melengkapi...._*
_Ustad Abdullah pun tersenyum lebar dan berkata "benar sekali mas.."_
_Allahu a'lam_
(Akmal Burhanuddin)
*_"Muslim Bersatu Tak Bisa Dikalahkan"_*❤
Repost by ;
☪ _*Syiar Ummat Mukmin*_


Read More >>

SECRET HEAVEN

Posted by Mira 0 komentar

Intermezo :
Buat PARA ISTERI....
Secret heaven in the world...

Orang selalu berkata:
       ADA...
" ... bekas istri "
" ... bekas suami "

     TIDAK ADA
" bekas anak "
" bekas orangtua"...

Seorang Profesor🤓 melakukan riset kecil kpd mahasiswa²nya yang sudah berkeluarga...🤗

Dia lalu meminta 1 orang mahasiswa untuk maju ke depan papan tulis. 😎

Professor : 🤓
" Tuliskan 10 nama orang yg paling  dekat denganmu "

Lalu mahasiswa itu menulis 10 nama ; ada nama tetangga, orangtua, teman kerja, istri, anak, saudara, dst...

Profesor : 🤓
" Sekarang silakan pilih 7 orang di antara 10 nama tsb yg kamu benar² ingin hidup terus bersamanya "

Mahasiswa itu lalu mencoret 3 nama.

Profesor : 🤓
" Silakan coret 2 nama lagi "

Tinggalah 5 nama tersisa.

Profesor : 🤓
" Coret lagi 2 nama " 😱

Tersisalah 3 nama yaitu nama :
" ibu "
" Istri " dan
" anak "

Suasana kelas jadi hening....😓
Mereka mengira semuanya sudah selesai dan tak ada lagi yang harus dipilih...😉😃

Tiba².....
Profesor 🤓  berkata :
" Silakan coret 1 nama lagi..! "😱

Mahasiswa itu tertegun🙄 untuk sementara waktu,...😶 lalu dengan perlahan ia mengambil pilihan yg amat sulit...dan mencoret nama
" IBU " nya..!!!
😱😳

...suasana semakin hening...😪😓

Profesor🤓 berkata lagi :  "Silakan coret 1 nama lagi !"
😱
Hati sang mahasiswa makin bingung...😩😣
Suasana kelas makin tegang...😲😨
Mereka semua juga berpikir keras mencari pilihan yg terbaik...😰

Mahasiswa itu kemudian mengangkat spidolnya dan dengan sangat lambat ia mencoret nama:
  " ANAK " nya..!!!😳😲😱

Bersamaan dengan itulah sang mahasiswa tidak kuat lagi membendung air matanya, dan..., Ia pun " Menangis "
😭😭😭😭
Awan kesedihan meliputi seluruh sudut ruang kuliah...😫😩😩

Setelah suasana lebih tenang,...😲 akhirnya sang Profesor bertanya...

Professor :🤓
" Kenapa kamu tidak memilih orang tua " yg membesarkanmu..?!?😩
tidak juga memilih
" anak " yang adalah darah dagingmu..?!?😰
kenapa kamu memilih
" ISTERI "...?!?...😳

Toh istri bisa dicari lagi khan..?!?..😱

Semua orang didalam ruang kuliah terpana 😱 menunggu jawaban dari mulut mahasiswa itu...😳🙄

Lalu mahasiswa itu berkata lirih : 😩
*_"Istri saya ada di dalam kelas  ini..."_*
☠☠☠

Serius amat bacanya.. 😅😅


Read More >>

#Ekonomi Koperasi Syariah

Posted by Mira 0 komentar

Bismillahirrahmanirrahim.

*Kami bermaksud mengajak semua umat muslim di manapun untuk bergabung dalam Koperasi Syariah 212 untuk membentuk kekuatan ekonomi umat islam*

silahkan mendaftar disini :
https://registrasi.koperasisyariah212.co.id/

Untuk berbagai pertanyaan soal koperasi, bisa dilihat disini :
https://www.koperasisyariah212.co.id/faq/

Ada juga video sekilas ttg koperasi syariah (~2 menit) :
https://youtu.be/NG3hOfhTThQ

*REVOLUSI EKONOMI*
_Kebangkitan Ekonomi Umat Islam ✊🏻_

Hormat kami

*Humas STEI TAZKIA*
_Kampus Pelopor Ekonomi Islam_
_tazkia.ac.id_
_spmb.tazkia.ac.id_


Read More >>

Gagal itu wajar :) Sukses juga wajar :)

Posted by Mira 0 komentar

*[Engga Usah Lebay!]*

*Gagal itu wajar.*
*Sukses juga wajar.*

Tak perlu disikapi berlebihan.

Lalu, ada yang bertanya, “Sudah antusias, sudah optimis, kok masih gagal?” Yah, apalagi kalau tidak antusias dan tidak optimis! Pasti lebih gagal!

-       “Karier merosot! Bisnis turun! Produk ditolak! Harus bagaimana nih?” Tetap tenang. Jangan panik. Tarikan nafas saja turun-naik. Gerakan sholat juga turun-naik. Mestinya ini melatih kita dan menguatkan kita.

-       "Barusan jatuh Mas, habis semua. Gimana ya?" Anak SD yang lagi demam juga tahu, kalau jatuh, yah segera bangkit! Gagal itu wajar. Berlarut-larut dalam kegagalan, nah itu yang tidak wajar. Emang garam, pakai larut segala, hehehe. Yang sebenarnya tidak ada yang abadi di muka bumi ini, termasuk kegagalan. Yah, coba saja lagi. Lama-lama, si gagal itu akan bosan pada Anda, hehehe.

-       “Tapi, saya gagalnya sudah lima kali nih!” Regina saja, ikut Indonesia Idol sampai tujuh kali, barulah terpilih sebagai pemenang. Bahkan istrinya Nabi Ibrahim (Abraham), bolak-balik tujuh kali, barulah dipertemukan dengan air. Anda?

Begitulah, kegagalan dan penolakan itu biasa. Malah ada baiknya juga. Bagaimana mungkin? Yah, mungkin saja. Menurut Sharon Kim, seorang peneliti dari Sekolah Bisnis John Hopkins Carey, Amerika, mereka yang mendapat penolakan sosial umumnya justru memperoleh keuntungan tersendiri.

Apa untungnya? Yah, berupa pikiran yang lebih independen dan lebih intuitif. “Tampaknya, penolakan mendorong mereka untuk berpikir lebih kreatif,” ujar Sharon Kim seperti yang dimuat di Journal of Experimental Psychology.

Sekali lagi.
Gagal itu wajar.
Sukses juga wajar.

Tak perlu disikapi berlebihan.








Original Post
Ippho Santosa
(Founder TK Khalifah)


Read More >>

#parenting Fitrah Keimanan

Posted by Mira 0 komentar

Oleh : Euis Kurniawati

"Mumpung anak masih kecil, jangan sampai salah seperti saya ya.
Anak pertama usia 22 thn hafal 18 juz.
Anak kedua dan ketiga semua hafidz dan hafidzah.
Tuntas 30 juz.
Tapi ...
saya sedih karena untuk sholat saja mereka masih diingatkan dan disuruh. Saya menangis saat saya baru sadar bahwa ada yg terlewat kala itu.
***
Fitrah keimanan (dibahas saat workshop) yg harusnya ditanam di 7 tahun pertama hidupnya ternyata lupa saya kawal lebih ketat dan belum tuntas. Dan sekarang kami harus "restart" dari awal untuk mengulang proses yg terlewat".
Hmm,,,Jazakumullah khairan katsira nasehat berharganya pak,,,
Satu hal lagi yg saya dapat saat mengikuti worshop home education based fitrah and tallent di semarang bbrp waktu lalu bersama ust harry.
Didiklah anak sesuai fitrah.
Fitrah apa?
Ada bbrp fitrah.
Diantaranya fitrah iman, fitrah belajar, fitrah bakat dan fitrah seksualitas.
Fitrah seksualitas?
Wow, , ,
gimana itu?
***
Mendidik anak sesuai fitrah seksualitas artinya mengenalkan anak bagaimana bersikap, berpikir, dan merasa seperti gendernya.
Jika ia anak perempuan, maka kita bangkitkan fitrah seksulitasnya sbg perempuan.
Jika ia laki2, maka kita bangunkan fitrah seksualitasnya sebagai laki2.
Pertanyaan berikutnya yg muncul, bagaimana tekhnis membangkitkan fitrah seksualitas ini ?
Ada beberapa tahap yg perlu kita kawal di tiap fasenya.
***
Usia 0 - 2 tahun
Pada usia ini anak harus dekat dengan bundanya.
Pendidikan tauhid pertama adalah menyusui anak sampai 2 tahun.
Menyusui, bukan memberi asi.
Langsung disusui tanpa pumping dan tanpa disambi pegang hp.
***
Usia 3 - 6 tahun
Pada usia ini anak harus dekat dengan kedua orang tuanya.
Dekat dengan bundanya, juga dekat dengan ayahnya.
Perbanyak aktivitas bersama.
***
Usia 7 - 10 tahun
Pada usia ini dekatkan anak sesuai gendernya.
Jika anak laki2, maka dekatkan dengan ayahnya.
Ajak anak beraktifitas yg menonjolkan sisi ke-maskulin-annya.
Nyuci motor, akrab dg alat2 pertukangan, dsb.
Jika anak perempuan, maka dekatkan dengan bundanya.
Libatkan anak dalam aktifitas yg menonjolkan ke-feminin-annya.
Stop katering dan banyak utak atik di dapur bersama anak, melibatkan saat bersih2 rumah, menjahit dsb.
***
Usia 11 - 14 tahun
Usia ini sudah masuk tahap pre aqil baligh akhir dan pada usia ini mulailah switch/menukar kedekatan.
Lintas gender.
Jika anak laki2, maka dekatkan pada bundanya.
Jika anak perempuan, maka dekatkan pada ayahnya.
*
Ada sebuah riset yg menunjukkan jika seorang anak perempuan tidak dekat dengan ayahnya pada fase ini maka data menunjukkan anak tsb 6x lebih rentan akan ditiduri oleh laki2 lain.
Di sebuah artikel parenting, dulu saya juga menemukan hal senada.
Jika tdk dekat dg ayahnya, maka anak perempuan akan mudah terpikat dengan laki2 yg menawarkan perhatian dan cinta meski hanya untuk kepuasan dan mengambil keuntungan semata.
Logis juga sih.
Saat ada laki2 yg memuji kecantikannya, mungkin ananda gak gampang silau krn ada ayahnya yg lebih sering memujinya.
Kalau ada laki2 yg memberikan hadiah, ananda tak akan gampang klepek2 krn ada ayahnya yg lbh dulu mencurahkan perhatian dan memberi hadiah.
Pada fase ini jika anak perempuan harus dekat dg ayahnya, maka sebaliknya, anak laki2 harus dekat dengan bundanya.
Efek yg sangat mungkin muncul jika tahap ini terlewat, maka anak laki2 punya potensi lebih besar untuk jadi suami yg kasar, playboy, dan tidak memahami perempuan.
Ada yang tanya, lho kalau ortunya bercerai atau LDR bagaimana?
Hadirkan sosok lain sesuai gender yg dibutuhkan.
Misal saat ia tak punya ayah, maka cari laki2 lain yg bs menjadi sosok ayah pengganti.
Bisa kakek, atau paman.
Sama dengan rasulullah.
Meskipun tak punya ayah dan ibu, tapi rasulullah tak pernah kehilangan sosok ayah dan ibu.
Ada kakek dan pamannya.
Ada nenek, bibi dan ibu susunya.
***
Fase berikutnya setelah 14 thn bagaimana? Sudah tuntas. Krn jumhur ulama sepakat usia 15 thn adalah usia aqil baligh
Artinya anak kita sudah "bukan" anak kita lagi.
Ia telah menjelma menjadi orang lain yg sepadan dengan kita.
Maka fokus dan bersabarlah mendampingi anak2, karna kita hanya punya waktu 14thn saja.
Saling mengingatkan, saling menguatkan, saling mendoakan ya teman2.
Moga allah mampukan dan bisa mempertanggungjawabkan amanah ini kelak di hari penghitungan..
Selamat berkumpul dan merajut cinta bersama keluarga.
Apapun keadaannya, jangan lupa bersyukur dan bahagia
#pentingnya_kurikulum
#janganburu2
#homebased_education
#home_education_based_akhlak_and_talent
#copas
Semoga bermanfaat
Dapat copas dr teman

Penulis : euis kurniawati


Read More >>

#parenting pesan Ibu Elly Risman untuk para Orangtua

Posted by Mira 0 komentar

*Pesan Ibu Elly Risman*
*Senior Psikolog UI, Konsultan Parenting Nasional*

*Inilah pesan Ibu Elly Risman untuk para Orangtua :*

Kalau Anda dititipi anak Presiden, kira-kira bagaimana mengasuh dan menjaganya ?

Beranikah Anda membentaknya sekali saja ?
Pasti enggak, kan ?

Nah, yang sekarang menitip bukan Presiden, tapi yang jauh lebih berkuasa dari Presiden, yaitu Allah.

Beranikah Anda membentak, memarahi, mencubit, menyentil, bahkan memukul ?

Jika Anda pernah melakukannya, kira-kira nanti di hari akhir, apa yang Anda jawab ketika ditanya Pemiliknya ?

*Jiwa anakmu lebih mahal* dari susu termahal yang ditumpahkannya.
*Jaga lisanmu,* duhai orangtua.
*Jangan pernah* engkau *memarahi* anakmu hanya gara-gara ia menumpahkan susunya atau karena ia *melakukan hal* yang menurutmu *salah.*

Anakmu tidak tahu kalau apa yang ia *lakukan adalah kesalahan.*
*Otaknya belum mempunyai konsep* itu.

*Jaga Jiwa Anakmu.*
Lihatlah *tatapan mata* anakmu yang *tidak berdosa* itu ketika *engkau marah-marah.*
Ia diam dan mencoba mencerna apa yang engkau katakan.
*Apakah ia mengerti ?*

Mungkin iya, tapi cobalah perhatikan apa yang ia lakukan.                        *setelah* engkau *pukul dan engkau marahi.*
Anakmu *tetap memelukmu*, masih ingin *engkau belai.*
Bukankah inilah tanda si anak *memaafkanmu ?*

Namun, jika engkau terus-menerus mengumbar kata-kata kasarmu kepadanya, *otak anakmu akan merekamnya* dan akhirnya, *cadangan ‘maaf’ di otaknya hilang.*

*Apa yang akan terjadi* selanjutnya, duhai orangtua ?
Anakmu akan *tumbuh menjadi anak yang ‘ganas’* dan ia pun akan *membencimu sedikit demi sedikit* hingga *tidak tahan* hidup bersamamu.

*Jiwa anak yang terluka itu akan mendendam.*
Pernahkah engkau *saksikan* anak-anak yang *‘malas’ merawat orangtuanya ketika tua ?*
*Jangan salahkan* anak-anaknya.
*Cobalah memahami* apa yang sudah *dilakukan* oleh orangtua itu kepada anak-anaknya ketika mereka *masih kecil.*

Orangtua.., anakmu itu *bukan kaset* yang bisa kau rekam untuk *kata-kata kasarmu.*
Bersabarlah.
*Jagalah kata-katamu* agar anak hanya tahu bahwa ayah ibunya adalah *contoh yang baik, yang bisa menahan amarahnya.*

Duhai orangtua, engkau pasti kesal kalau anakmu nakal.

Tapi pernahkan engkau *berpikir* bahwa kenakalannya mungkin adalah *efek rusaknya* jiwa anakmu karena *kesalahanmu...*
Kau *pukul & kau cubit anakmu* hanya karena melakukan *hal-hal sepele*.  
Kau hina dina anakmu hanya karena ia *tidak mau melakukan* hal-hal yang engkau *perintahkan.*

Cobalah duduk dan *merenungi* apa saja *yang telah engkau lakukan* kepada anakmu.
Apakah engkau lebih sayang pada susu paling mahal yang tertumpah?
Anakmu pasti *menyadari* dan tahu ketika kemarahan itu *selalu hadir di depan matanya.*
*Jiwanya* pun menjadi memerah bagai bara api.
*Apa yang mungkin terjadi ketika jiwa anak sudah terusik ?*

Anak *tidak hormat* pada orangtua.
Anak *menjadi musuh* orangtua.
Anak *menjadi sumber kekesalan* orangtua.  Anak tidak bermimpi hidup bersama dengan orangtua.
*Hal-hal inikah yang engkau inginkan, duhai orangtua ?*

*Ingatlah, jiwa anakmu lebih mahal* dari susu termahal yang ditumpahkannya.
*Jaga lisan* dan *perlakukanmu* kepada anakmu.

👶🏼👦🏼👧🏻👶🏼👦🏼👧🏻👶🏼👦🏼👧🏻


Read More >>

#RumahTangga " PERNIKAHAN TANPA RIBA "

Posted by Mira 0 komentar

PERNIKAHAN TANPA RIBA
#RahasiaDua
.
"Teh Fufu pernah nggak ngalamin kesulitan keuangan sampe bikin berantem?" tanya seseorang pada saya

"Teh Fufu kenapa ya aku gampang banget sebel sama suami,apalagi kalau kebutuhan finansial nggak terpenuhi." tanya seseorang lagi

"Teh Fufu kok pernikahannya bisa adem ayem aja, harmonis terus?" kata seseorang lagi

Akhir-akhir ini, ada  yang curhat tentang kepelikan rumah tangganya, juga kesulitannya dalam mengasuh anak, hingga yang curhat mengenai kontrol emosi yang masih sulit dalam merespons suatu ketidakpuasan hidup. Kemudian ada juga yang tanya tentang tips agar tetap romantis harmonis dalam pernikahan, sebagian mempertanyakan pernikahan saya yang tampak adem ayem "Teh pasti ada konflik kan teh, tapi kok bisa tetap tenang buat nyelesain tiap masalah?". Kemudian ada beberapa yang curhat sama saya para pejuang lepas riba, yang minta didoakan agar segera terlepas dari jeratan riba.
.
Dari situ saya merenung cukup lama, karena ada keterkaitan erat dari bahasan orang yang berbeda curhatnya itu. Yaitu RIBA. Tiga tipe yang curhat pada saya itu, sama-sama sedang terjerembab riba, dan tidak menyadari dampaknya terhadap kehidupan pernikahan mereka. Kemarin itu saya sempet bilang sama suami "Bi, alhamdulillah ya mungkin salah satu sebab kenapa pernikahan kita alhamdulillah baik-baik saja, ada konflik tapi tidak sampai drama atau berujung bertengkar hebat/perceraian, mungkin karena kita memilih untuk nggak riba.
.
Izinkan saya bercerita tentang bagaimana kami menjalani pernikahan selama hampir lima tahun ini, yang insyaAllah tanpa riba. Bismillah...
.
Sejak menikah, saya punya beberapa permintaan sama suami. Pertama nggak mau pakai kartu kredit, kedua hindari hutang, dan ketiga kita berjuang dari nol bersama. Saat itu, keilmuan saya tentang riba sama sekali masih dangkal, belum tahu banget. Di tahun pertama, kami sempat mau KPR rumah, duh inget banget pernah ikut pelatihan yang "Punya rumah tanpa uang tanpa hutang tanpa bla bla" yang kalau dikaji sekarang, ilmu kayak gitu dzolim banget. Tahun pertama juga kami sempat mau Leasing mobil, apalagi saat itu fee dari menulis buku lumayan bisa buat cicilan mobil.
.
Niat itu urung seketika, saat kami kenal sama kang Rendy Saputra. Awalnya kami kenal ikut pelatihan Muda Mulia, lalu berlanjut ikut kelas bisnis pemula "The Runners"-nya Kang Rendy. Waktu itu ingeeettt banget kata-katanya sampai sekarang, kurang lebih begini:
.
"Yang baru nikah, sabar aja, jangan KPR. Mending ngontrak mau berapa puluh tahun pun, tapi halal dan insyaAllah berkah. Daripada KPR, terlilit hutang dan dampak riba nya yang akan mempersulit kita. Nggak usah leasing mobil dulu, motoran aja, syukuri yang kita punya sekarang, gali potensi supaya layak bisa beli cash. Jangan pernah membayar sesuatu yang FIX dengan sesuatu yang TIDAK FIX. Tagihan KPR dan Leasing itu Fix, tapi penghasilan yang kita terima belum tentu fix. Belum dampak riba nya akan bikin kehidupan pernikahan lebih runyam."
.
Kemudian Kang Rendy pun cerita bagaimana dulu saat ia masih terjerembab riba. Saya dan suami bukan tipe orang yang "harus terbentur dulu baru sadar", tapi kami lebih memilih belajar mencegah kegagalan serupa dari orang yang sudah berpengalaman. Makanya sejak saat itu, memilih untuk sabar pakai mobil Katana yang dipinjamkan Mami, juga sabar mengontrak rumah sampai sekarang. Belum berubah pikiran tergoda untuk KPR atau leasing lagi, mau upgrade diri saja supaya Allah pantaskan beli cash.
.
Waktu di 10 bulan pernikahan, saya ingat banget, rumah kontrakan kami kemalingan. Simpanan emas dan dinar hilang, dua laptop berisika  beberapa buku pun hilang. Saat itu terjadi suami saya lemes nelpon Kang Rendy, waktu itu Kang Rendy cuma bilang "Sabar, Allah akan ganti dengan yang lebih baik." Tapi bener aja dari kejadian itu kami bener-bener going extra miles banget, hingga dalam 10 hari bisa menulis buku "Jodoh Dunia Akhirat" yang mega best seller sampai sekarang. Kami makin yakin untuk nggak mau riba.
.
Pemikiran itu semakin dikuatkan saat kami kenal seseorang yang saya anggap kakak perempuan saya dan dia sedang berusaha lepas dari riba, dia bilang gini "Mau dimanapun kita tinggal, rumah yang ada di bumi ini adalah miliknya Allah. Yang pakai hak kepemilikan maupun yang cuma ngontrak, itu miliknya Allah. Mudah bagi Allah meruntuhkannya saat Dia tak ridho. Mudah bagi Allah memberikannya kalau Dia Ridho. Nanti kalau di akhirat kita tidak akan ditanya punya rumah atau tidak di dunia, yang ditanya apakah selama tinggal di dunia sesuai sama aturan-turanNya?"
.
Teteh saya itu harus benar benar bekerja keras sama suaminya, untuk bisa melunasi tagihan yang masih berbelas tahun itu. Bayar tepat waktu tetap riba, nunggak dapat denda, dan kalau dilunasin pun tetap ada penalty. Sedihnya 😢
.
Belum lagi, selama beberapa bulan ini mobil katana kami harus mogok, kami mulai sering menggunakan jasa "taxi" online. Setiap supirnya biasanya kami tanya apa motivasi cari rezeki lewat itu. Ternyata cukup banyak yang alasannya karena untuk menyicil tagihan leasing mobilnya. Sedihnya 😢
.
Sejak ikut kajian The Runners sama Kang Rendy itu, saya dan suami banyak belajar lagi tentang riba, bahkan mencari tahu kalau menggunakan fasilitas BANK mana yang bagian halalnya dan mana yang ribanya, jangan sampai termakan di keluarga kami.
.
Bagaimana ceritanya riba berpengaruh dalam pernikahan? Riba masuk dosa besar bahkan salah satu dosanya sama dengan menzinahi ibu kandung 🙈😭 Karena dosa, maka terhalanglah keberkahan datang ke keluarga kita. Saat keberkahan tidak ada, mudah sekali setan dan iblis menggoda dan menghasut kita. Berupa kontrol emosi pada pasangan dan anak, itulah kenapa boleh jadi sering bertengkar dengan pasangan dan berbagai konflik perpecahan lain. Harus kita ingat kembali bahwa salah satu tujuan besarnya iblis dalam keluarga setiap mukmin adalah "memecah belah" hingga terjadi perceraian (soal ini next dibahas)
.
Saat keberkahan tidak ada, mudah bagi Allah untuk membuat kita selalu risau, tidak pernah merasa puas, kurang bersyukur, susah sekali tenang, lebih sering mengeluh, penghasilan tak pernah memenuhi kebutuhan, sakit-sakitan dan lain sebagainya. Dampak dampak konkrit yang bagi kita nggak kerasa karena terkesan abstrak penyebabnya.
.
Saya dan suami punya prinsip kalau :
1. Allah pasti ngasih kita rezeki, setiap pagi malaikat berpencar untuk memberi peluang rezeki bagi mereka yang berusaha. Setiap makhluk hidup Allah sudah jamin kehidupannya, pasti dapat rezeki. Mencukupi atau tidaknya tergantung  dari kita. Kalau mau dapat penghasilan lebih besar, ya usahanya juga perlu lebih besar. Yang utama tetap di jalan yang Allah suka.
.
2. Kalau punya kebutuhan yang di luar AKM keseharian, atur strategi bagaimana caranya bisa membeli kebutuhan itu secara cash. Kalau belum bisa, ditahan dan sabar.
.
Bagi kami, ketenangan dan kebahagiaan dalam menjalani hidup itu lebih utama. Bisa punya banyak waktu berharga sama anak-anak, tanpa harus risau sama berbagai tunggakan; bagi kami itulah hidup. Bisa lancar komunikasi sama pasangan terbuka soal keuangan, tanpa harus bertengkar dan ribut mengenai tutup lobang kredit riba ini itu; bagi kami itulah hidup. Bisa sehat jiwa raga (insyaAllah) karena makan dari penghasilan yang halal, menetap di tempat tinggal yang halal, juga bergerak ke tujuan menggunakan kendaraan yang halal, bagi kami itu sangat jauh lebih dari cukup.
.
Pada akhirnya, yang membuat kita nyaman, tenang dan bahagia dalam menjalani hidup; adalah saat setiap transaksi kehidupan kita sesuai dengan koridornya Allah. Benar kata Aa Gym dalam tausiyahnya kalau yang namanya ketenangan dan keberkahan  dalam menjalani hidup itu, tidak bisa dibeli oleh apapun, karena itu hak-Nya Allah. Hanya akan kita dapat kalau kita mengikuti cara main-Nya Allah. #Jleb!
.
Untuk yang sudah terlanjut terjerembab riba, semangat ya bismillah banyak berdoa sama Allah. Semoga Allah mampukan untuk segera melunasinya dan terlepas dari jeratan riba. Untuk yang belum dan masih ragu, sempat merasa terpojok oleh anjuran ikut KPR atau leasing misalnya; semoga bisa menahan hasratnta ya, sabar, sabar, sabar, insyaAllah menunggu untuk bisa beli cash jauh lebih menenangkan, daripada harus terjerambab sama dosa riba.
.
Ini tips dari kami, rahasia kenapa konflik pernikahan kami minim dan insyaAllah harmonis selalu, karena kami sangat menjauhi riba. Makasih buat Kang Rendy Saputra, yang sangat berjasa untuk kami. Kalau nggak ketemu Kang Rendy, nggak ikut The Runners, belum tentu kami bisa berada di titik sekarang. Semoga Allah permudah urusan Kang Rendy, semakin bersinar ya Kang, menginspirasi banyak orang. Barakallah. 😇💜
.
Bandung, Januari 2017
__Foezi Citra Cuaca Elmart__


Read More >>

#Parenting FITRAH SEKSUALITAS ANAK

Posted by Mira 0 komentar

Artikel bagus bgt nih #copas 😊

🌸 FITRAH SEKSUALITAS ANAK 🌸
(Oleh : Euis Kurniawati)

Masih terngiang2 kata bapak baik hati yg mengantar kami ke stasiun tawang tempo hari...
"Mumpung anak masih kecil, jangan sampai salah seperti saya ya. Anak pertama saya usia 22 thn hafal 18 juz. Anak kedua dan ketiga semua hafidz dan hafidzah. Tuntas 30 juz._ ......Tapi ......
saya sedih karena untuk sholat saja mereka masih diingatkan dan disuruh. Saya menangis saat saya baru sadar bahwa ada fase pendidikan anak yg terlewat kala itu."

***

Fitrah keimanan (dibahas saat workshop) yg harusnya ditanam di 7 tahun pertama hidupnya ternyata lupa saya kawal lebih ketat dan belum tuntas.
Dan sekarang kami harus "restart" dari awal untuk mengulang proses yg terlewat".

Hmm,,,Jazakumullah khairan katsira nasehat berharganya pak,,,

Satu hal lagi yg saya dapat saat mengikuti worshop _home education based fitrah and tallent_ di semarang bbrp waktu lalu bersama ust harry : *Didiklah anak sesuai fitrah.*

Fitrah apa?

Ada bbrp fitrah.
Diantaranya fitrah iman, fitrah belajar, fitrah bakat dan fitrah seksualitas.

Fitrah seksualitas?

Wow.....
gimana itu?

***

_Mendidik anak sesuai *fitrah seksualitas* artinya mengenalkan anak bagaimana bersikap, berpikir, dan merasa seperti gendernya._

Jika ia anak perempuan, maka kita bangkitkan fitrah seksulitasnya sbg perempuan.
Jika ia laki2, maka kita bangunkan fitrah seksualitasnya sebagai laki2.

Pertanyaan berikutnya yg muncul : bagaimana tekhnis membangkitkan fitrah seksualitas ini ?

_Ada beberapa tahap yg perlu kita kawal di tiap fasenya._

***

Usia 0 - 2 tahun

Pada usia ini anak harus dekat dengan bundanya.
Pendidikan tauhid pertama adalah menyusui anak sampai 2 tahun.
Menyusui, bukan memberi asi.
Langsung disusui tanpa pumping dan tanpa disambi pegang hp.

***

Usia 3 - 6 tahun

Pada usia ini anak harus dekat dengan kedua orang tuanya.
Dekat dengan bundanya, juga dekat dengan ayahnya.
Perbanyak aktivitas bersama.

***

Usia 7 - 10 tahun

Pada usia ini dekatkan anak sesuai gendernya.

Jika anak laki2, maka dekatkan dengan ayahnya.
Ajak anak beraktifitas yg menonjolkan sisi ke-maskulin-annya.
Nyuci motor, akrab dg alat2 pertukangan, dsb.

Jika anak perempuan, maka dekatkan dengan bundanya.
Libatkan anak dalam aktifitas yg menonjolkan ke-feminin-annya.
Stop katering dan perbanyaklah aktivitas utak atik di dapur bersama anak perempuannya, melibatkannya saat bersih2 rumah, mengajaknya menjahit dsb.

***
Usia 11 - 14 tahun

Usia ini sudah masuk tahap pre aqil baligh akhir dan pada usia ini mulailah switch/menukar kedekatan.
Lintas gender.
Jika anak laki2, maka dekatkan pada bundanya.
Jika anak perempuan, maka dekatkan pada ayahnya.

******

Ada sebuah riset yg menunjukkan jika seorang anak perempuan tidak dekat dengan ayahnya pada fase ini maka data menunjukkan anak tsb 6x lebih rentan akan ditiduri oleh laki2 lain.

Di sebuah artikel parenting, dulu saya juga menemukan hal senada.
Jika tdk dekat dg ayahnya, maka anak perempuan akan mudah terpikat dengan laki2 yg menawarkan perhatian dan cinta meski hanya untuk kepuasan dan mengambil keuntungan semata.

Logis juga sih.
Saat ada laki2 yg memuji kecantikannya, mungkin ananda gak gampang silau krn ada ayahnya yg lebih sering memujinya.
Kalau ada laki2 yg memberikan hadiah, ananda tak akan gampang klepek2 krn ada ayahnya yg lbh dulu mencurahkan perhatian dan memberi hadiah.

Pada fase ini jika anak perempuan harus dekat dg ayahnya, maka sebaliknya, anak laki2 harus dekat dengan bundanya.
Efek yg sangat mungkin muncul jika tahap ini terlewat, maka anak laki2 punya potensi lebih besar untuk jadi suami yg kasar, playboy, dan tidak memahami perempuan.

Ada yang tanya, lho kalau ortunya bercerai atau LDR bagaimana?
>> Hadirkan sosok lain sesuai gender yg dibutuhkan.
Misal saat ia tak punya ayah, maka cari laki2 lain yg bs menjadi sosok ayah pengganti.
Bisa kakek, atau paman.
Sama dengan rasulullah.
Meskipun tak punya ayah dan ibu, tapi rasulullah tak pernah kehilangan sosok ayah dan ibu.
Ada kakek dan pamannya.
Ada nenek, bibi dan ibu susunya.

***
Fase berikutnya setelah 14 thn bagaimana? Sudah tuntas. Krn jumhur ulama sepakat usia 15 thn adalah usia aqil baligh.
Artinya anak kita sudah "bukan" anak kita lagi.
Ia telah menjelma menjadi orang lain yg sepadan dengan kita.
Maka fokus dan bersabarlah mendampingi anak2, karna kita hanya punya waktu 14thn saja.

Saling mengingatkan, saling menguatkan, saling mendoakan ya teman2.
Moga Allah SWT mampukan dan bisa mempertanggungjawabkan amanah ini kelak di hari penghitungan..

Selamat berkumpul dan merajut cinta bersama keluarga.

Apapun keadaannya, jangan lupa bersyukur dan bahagia ya..

Semoga bermanfaat..

Arfiani Zuhriyah


Read More >>
Trik SEO Terbaru support Online Shop Baju Wanita - Original design by Bamz | Copyright of WARNA WARNI HIDUP.