Full Life Education

Posted by Mira Minggu, 26 Februari 2017 0 komentar

#copas grup (bu lastri)

Pagi ini sy post ulang dari DR Malik Badri...
Tulisan yang cukup panjang namun asyik dibaca untuk pondasi pendidikan putra putri kita. Semoga bermanfaat

"Full Life Education"

DR Malik Badri, seorang psikolog Muslim asal Sudan, tahun 1980an dan tahun 2000an pernah ke Indonesia, beliau dikenal dengan bukunya yang berjudul Dilemma Psikolog Muslim, sudah diterjemahkan sejak lama di Indonesia.

Beliau mengatakan bahwa penjenjangan toddlers, kids, teenagers, adults dimana masing masing ada tahap awal tengah dan akhir, lalu ada pubertas dsbnya sesungguhnya tidak pernah bisa dibenarkan secara ilmiah. Itu hanya pengamatan masyarakat barat terhadap masyarakat mereka. Penjenjangan tidak ilmiah ini kemudian masuk ke dalam penjenjangan sistem persekolahan.

Sementara Islam hanya mengenal dua fase saja, yaitu fase sebelum aqilbaligh dan sesudah aqilbaligh. Baligh pada anak pria ditandai dengan mimpi basah (ihtilam), dan pada wanita ditandai dengan menstruasi (haidh).

Islam, bahkan dunia sampai abad 19 tidak mengenal fase remaja (adolescence). Fase ini diciptakan pada era industri sampai kini dengan berbagai kepentingan konglomerasi akan sebuah kelas konsumtif dan kepentingan negara sepihak untuk memanipulasi data demografis.

AqilBaligh dalam Islam tentu bukan sekedar pertanda fisik, namun juga pertanda berpindahnya fase anak sebelum wajib syariah dan fase sesudahnya yaitu pemuda, fase dimana jatuhnya kewajiban menjalankan syariah atau masa pembebanan syariah atau sinnu taklif.

Islam tidak mengenal aqil belum baligh atau baligh belum aqil (remaja).

Maka ketika seorang anak mencapai aqilbaligh maka dia tidak lagi disebut anak, tetapi seorang pemuda yang setara dengan kedua orangtuanya dalam kewajiban ibadah, jihad, zakat, nafkah dstnya.

Semua ulama fiqih sepakat, bahwa anak lelaki yang sudah mencapai AqilBaligh maka orangtua tidak wajib lagi menafkahinya. Jika ada anak lelaki kita yang aqilbaligh yang masih dinafkahi, maka sebenarnya bukan nafkah tetapi shodaqoh, karena statusnya faqir miskin.

Oleh karenanya sistem pendidikan Islam seharusnya menyiapkan anak lelaki agar mampu menjadi mukalaf atau orang yang mampu memikul syariah tepat ketika dia aqilbaligh.

Sayangnya sistem pendidikan kita umumnya abai terhadap konsep dan praktek AqilBaligh ini. Syariah yang diajarkan akan tdk banyak artinya jika anak tidak mencapai aqil ketika baligh, artinya mereka tidak mampu memikul beban syariah.

Ada kesenjangan yang lebar antara aqil dan baligh. Anak anak yang sudah dewasa secara biologis atau mampu bereproduksi (baligh), ternyata tidak lantas menjadi mampu dewasa secara psikologis, finansial, mandiri memikul syariah dan kewajiban sosial lainnya (aqil). Umumnya baligh terjadi di usia 12-14 tahun, tetapi Aqil baru dicapai di usia 22-24 tahun

Riset membuktikan bahwa dalam sistem persekolahan dan sosial modern, telah terjadi pembocahan yang panjang. Kenakalan, kegalauan, depresi, penyimpangan sosial dan perilaku sex dll diakibatkan karena kesenjangan antara masa tibanya baligh (dewasa biologis reproduktif) di usia 12-14 dengan tercapainya aqil (dewasa psikologis produktif) di usia 22-24 bahkan lebih.

Sampai disini maka bisa dipahami betapa pentingnya mendidik generasi aqilbaligh, generasi yang aqil dan baligh dicapai bersamaan.

Kapan dimulai pendidikan generasi aqilbaligh, tentu sejak usia dini, 0-6 tahun. Titik kritikal nya di usia 7 dan 10. Kritikalnya fase ada di pre AqilBaligh, usia 10-14. Catatan bahwa Usia 14 adalah rata2 usia seseorang mencapai baligh.

Usia 10 adalah titik kritis untuk "mengenal" Allah (fitrah keimanan) dan "mengenal diri" (fitrah bakat) secara mendalam.  Usia 11-14 anak anak pre aqilbaligh akan menjalani masa yg paling berat sepanjang masa anak2nya krn inilah persiapan aqil baligh.

Bagaimana pada fase pre aqilbaligh, fitrah keimanannya berwujud menjadi akhlak yg mulia yang dibutuhkan sbg kredibilitas attitude dan sosialnya pada fase aqilbaligh. Bagaimana pada fase pre aqilbaligh, fitrah bakat dan fitrah belajar berwujud menjadi peran dan karya produktif yang dibutuhkan sbg kredibiltas kompetensinya dan kredibilitas peran profesinya pada fase aqilbaligh.

Pada prinsipnya, mendidik anak lelaki dan anak wanita sama yaitu merawat dan menumbuhkan fitrah baik fitrah keimanan (aqidah), fitrah belajar dan nalar, fitrah bakat dan peran sesuai tahapan usianya.

Hanya yang membedakan adalah fitrah peran kelelakian dan peran keayahan yang harus dibangkitkan pada anak lelaki. Diantara kewajiban anak lelaki ketika mencapai aqilbaligh adalah menjadi Qowam, pencari nafkah dan pemimpin rumah tangga, perancang visi rumahtangga dstnya.

Karenanya leadershipnya bisa dimulai sejak usia dini dengan yang paling sederhana, misalnya memelihara hewan dan tumbuhan. Rasulullah saw menggembala kambing ketika usia dini (0-6) di Bani Sadiah. Setelah itu usia 7-10 mulai libatkan dalam project2 sederhana di rumah. Usia 11-14 mulai antarkan ke Maestro atau pakar/maestro yang sesuai bakatnya untuk magang. Rasulullah saw mulai magang bersama pamannya di usia 11-12 tahun.

Di usia ini, menitipkan anak pd keluarga sholehah (homestay) atau Murobby (pendamping akhlak juga penting utk menularkan keteladanan dan keshalihan.

#################
Dalam konteks pendidikan di lembaga yg kita kelola tentulah kita harus dan sudah memikirkan tahapan perkembangan ini yang memiliki sasaran membangun generasi aqil baligh. Maka jika kita rangkai perjalanan anak yang akan bersekolah dari TK-SMA adalah sebagai berikut :

1. TK-SD kelas 3 : adalah fase emas menumbuhkan pondasi keimanan dan semangat belajar mencari tahu lewat guru dan alam semesta, maka adalah mutlak bagi guru TK dan SD kelas 1-3 merancang setiap pembelajaran yang dekat dengan alam semesta, menghadirkan materi yang riil daripada sekedar ucapan lisan yang abstark.

2. SD kelas 4-6 : para guru dan ortu Mulai diberikan proyek-proyek sederhana baik di sekolah dan di rumah, pada tahap ini sebetulnya bakat anak harus di gali, setiap anak punya potensinya masing masing, disinilah try and eror bakatnya di asah.

3. SMP : disinilah titik kritis anak dalam menyiapkan proses aqil balighnya, lingkungan yang membangun keterbukaan anak sangat dibutuhkan, karena mereka harus tahu bagaimana saat balighnya tiba. 
Proses merawat keimanannya berbuah pada akhlak yang baik, bukan sebaliknya meluruskan akhlak membangun imannya. Berikan kepada setiap anak ruang untuk melatih produktivitas dan kreativitas dari dari bakat alaminya. Mungkin kita tak habis pikir saat ada anak yang menaruh tetesan kimia berbahaya di lidahnya, itulah fitrah manusia yang senang belajar (mencari tahu) dan berani mengasah bakatnya. Jika ruang ruang bakatnya tersalurkan fokus anak akan kenakalan semoga bisa berkurang.

4. SMA : inilah tahap para guru berhadapan dengan manusia dewasa seutuhnya bukan manusia setengah dewasa. Maka berinterksilah kepada mereka layaknya seorang partner, bukan dengan pendekatan bocah, itulah kenapa Rasulullah tidak pernah menyebut murid kepada kaum muslimin yang mengikutinya, tetapi Rasul menyebutnya sebagai Shahabat.

Inilah fase dimana mereka harus memahami kehidupan nyata, bukan sekedar kehidupan abstrak dari cerita guru dalam pembelajarannya. Latihlah mereka u dapat menjadi problem solver dilingkungannya, bahkan menyiapkan mereka u siap memiliki kemampuan finansial menghidupi dirinya sendiri, kelak setelah mereka lulus mereka tak lagi merengek rengek u meminta uang jajan dan menjadi tergantung secara ekonomi pada ortunya.

Persiapkan anak laki laki menjadi suami dan ayah yang bertanggungjawab, mereka adalah qowam dalam keluarganya. Yang perempuan dilatih menjadi istri dan ibu yang cerdas, karena mereka adalah madrasah pertama bagi bangsa.

Maka ini bukan sekedar sistem fullday and Boarding school, tapi ini adalah FULL LIFE EDUCATION, pendidikan harus menyentuh ruang ruang kehidupan mereka, menembus ruang privasinya, dan menggugah alam pikirannya.

Tentu ini bukan pekerjaan ringan, dibutuhkan kerja keras dan keikhlasan dari kita, karena tugas kita bukan sekedar menjalani profesi seorang guru, tapi jauh dari itu kita adalah sutradara dan aktor peradaban.

“Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun "

Categories:

Like dan bagikan artikel ini:

TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN SAUDARA
Judul: Full Life Education
Ditulis oleh Mira
Rating Blog 5 dari 5
Semoga artikel ini bermanfaat bagi saudara. Jika ingin mengutip, baik itu sebagian atau keseluruhan dari isi artikel ini harap menyertakan link dofollow ke http://mardhiyanimira.blogspot.com/2017/02/full-life-education.html. Terima kasih sudah singgah membaca artikel ini.
Comments
0 Comments

0 komentar:

Posting Komentar

Trik SEO Terbaru support Online Shop Baju Wanita - Original design by Bamz | Copyright of WARNA WARNI HIDUP.